Nasrudin sedang
mengembara cukup jauh
ketika ia sampai di sebuah
kampung yang sangat
kekurangan air. Menyambut
Nasrudin, beberapa
penduduk mengeluh,
"Sudah enam bulan tidak turun hujan di tempat ini,
ya Mullah. Tanaman-tanaman mati. Air persediaan kami tinggan
beberapa kantong lagi.
Tolonglah kami. Berdoalah
meminta hujan."
Nasrudin mau menolong mereka. Tetapi ia minta dulu seember air. Maka datanglah setiap kepala keluarga membawa air terakhir yang mereka miliki.
Total terkumpul hanya
setengah ember air.
Nasrudin melepas
pakaiannya yang kotor, dan
dengan air itu, Nasrudin
mulai mencucinya. Penduduk
kampung terkejut,
"Mullah ! Itu air terakhir kami, untuk minum anak-
anak kami!"
Di tengah kegaduhan, dengan tenang Nasrudin mengangkat bajunya, dan menjemurnya. Pada saat itu,
terdengar guntur dahsyat,
yang disusul hujan lebat.
Penduduk lupa akan
marahnya, dan mereka
berteriak gembira.
"Bajuku hanya satu ini," kata Nasrudin di tengah
hujan dan teriakan
penduduk, "Bila aku
menjemurnya, pasti hujan
turun deras!"